<span style="font-size: 11pt; font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: bold; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Salemba, Jakarta<span style="font-size: 11pt; font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> - Tahun 2025 kinerja Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), terutama tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan, harus meningkat dan terukur.
&nbsp;
<span style="font-size: 11pt; font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Demikian disampaikan Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi, Mariana Ginting, saat memberikan sambutan dalam kegiatan apel pagi di lingkungan Perpusnas, Senin (13/1/2025).
&nbsp;
<span style="font-size: 11pt; font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">&ldquo;Pada kesempatan ini saya ingin mengajak kita semua untuk kembali menanamkan semangat dan komitmen terhadap pelayanan prima sebagai abdi masyarakat dan pelayan publik,&rdquo; ungkap Mariana.
&nbsp;
<span style="font-size: 11pt; font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Lebih lanjut Mariana mengatakan bahwa sebagai pelayan publik, tidak hanya menjalankan pekerjaan dengan baik tetapi harus memastikan bahwa masyarakat mendapatkan pengalaman terbaik, memuaskan, dan penuh kehangatan.
&nbsp;
<span style="font-size: 11pt; font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Menurutnya, ada tiga hal yang perlu diingat untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat yaitu ketulusan dalam melayani, kecepatan dan ketepatan, serta inovasi dan perbaikan berkelanjutan.
&nbsp;
<span style="font-size: 11pt; font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">&ldquo;Pelayanan prima adalah cerminan dari integritas dan dedikasi kita. Jika kita melayani dengan sepenuh hati bukan hanya masyarakat yang akan merasakan manfaatnya tetapi juga diri kita sendiri. Kita akan merasa bangga dan puas karena telah berkontribusi untuk kebaikan bersama,&rdquo; lanjutnya.
&nbsp;
<span style="font-size: 11pt; font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Menutup sambutannya, Mariana mengajak seluruh rekan kerja di Perpusnas untuk menjadikan pelayanan prima sebagai budaya yang dijunjung tinggi dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
&nbsp;
<span style="font-size: 11pt; font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Reporter: Gilang Arwin S

Kinerja Perpusnas Tahun 2025 Harus Meningkat dan Terukur

Medan Merdeka Selatan, Jakartaâ€”Kualitas sumber daya manusia (SDM) adalah kekuatan utama Indonesia ketika memasuki usia satu abad. Literasi menjadi salah satu kunci untuk bisa menciptakan SDM yang cakap. Sayangnya, infrastruktur literasi (baca: perpustakaan) masih belum bagus. Padahal, perpustakaan merupakan nadi bagi dunia pendidikan.
â€œDi luar negeri, perpustakaan sengaja dibuat seindah dan sebagus mungkin. Bahkan menjadi jualan bagi universitas,â€ ujar Dekan Fakultas Teknologi Informasi Universitas YARSI Ummi Azizah saat Webinar Optimalisasi Pemanfaatan Perpustakaan Untuk Pembelajaran Daring di Sekolah, Rabu, (22/7). Â 
Di tambahkan Rektor Universitas YARSI Fasli Jalal, selain dibuat indah dan nyaman perpustakaan juga haruslah ramah dan mudah digunakan (user friendly).
Indonesia secara kuantitas memang menempati peringkat kedua sebagai negara dengan jumlah perpustakaan terbanyak di dunia, dibawah India. Tidak kurang dari 160 ribu perpustakaan berbagai jenis berdiri di Indonesia. Jumlah tersebut diakui Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando masih jauh dari ideal. â€œJika diasumsikan setiap sekolah mempunyai satu orang pustakawan,â€ terang Kepala Perpusnas pada kesempatan webinar tersebut.
Patut diingat kalau perpustakaan sudah menjadi kewenangan pemerintah daerah sesuai Undang-undang. Artinya, tidak bisa tidak pemda harus menaruh perhatian, sama dengan sektor lain. Bahkan, dari dana desa yang digelontorkan pemerintah pusat wajib mendirikan perpustakaan/taman baca sebagai syarat yang mesti ada di tiap desa/kelurahan.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi prioritas pembangunan nasional saat ini, yang salah satunya diperoleh melalui perpustakaan. Perpustakaan dengan segenap aktivitas literasi di dalamnya telah mengubah dirinya bukan lagi sekedar pelayan informasi. Artinya, masyarakat dapat memanfaatkan seluruh jenis akses layanan informasi yang tersedia di perpustakaan. â€œKarena salah satu standar literasi adalah kemudahan akses,â€ tambah Syarif Bando.
Satu hal lagi ditekankan Kepala Perpusnas bahwa transfer knowledge hanya bisa dilakukan dengan membaca. Dan aktivitas membaca adalah bentuk struktur berpikir yang paling logis (masuk akal).
Â 
Reporter : Hartoyo Darmawan
Fotografer : Rd Radityo.

Optimalkan Perpustakaan Untuk Aktivitas Pendidikan

Rawamangun, Jakarta-Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Perpustakaan Nasional Repulik Indonesia (Perpusnas) E. Aminudin Aziz menerima audiensi Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Arys Hilman Nugraha di Ruang Rapat Sekretaris Badan Bahasa Kantor Badan Bahasa, Senin (27/5/2024).
 
Dalam audiensi tersebut, Arys menekankan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sebenarnya tinggi. Hal ini terbukti dari respon positif saat kegiatan bagi-bagi buku di berbagai tempat.
 
"Minat baca masyarakat kita tidak rendah, bahkan bisa dikatakan tinggi. Setiap kali ada pembagian buku, responnya luar biasa. Kami sebagai penerbit selalu mengutamakan kualitas agar buku yang disajikan kepada masyarakat memiliki standar yang baik," ujarnya.
 
Dia mengatakan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan Nasional dijelaskan bahwa undang-undang tersebu mencakup prinsip 3M yakni mutu, murah dan merata. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah akses terhadap bahan bacaan bermutu.
 
&ldquo;Meski melek huruf dan minat baca sudah baik, akses terhadap bahan bacaan masih menjadi kendala. Buku-buku bermutu sering kali tidak sampai ke masyarakat karena kebijakan perpustakaan yang masih selektif berdasarkan harga. Di daerah, keputusan pembelian buku sering kali didasarkan pada diskon yang didapat, bukan kualitas,&rdquo; jelasnya.
 
Arys menambahkan bahwa ada kesenjangan antara koleksi buku di ritel dengan di perpustakaan, sehingga masyarakat yang membutuhkan bacaan berkualitas tidak mendapatkannya. 
 
&ldquo;Kita harus memperhatikan kualitas buku yang masuk ke perpustakaan. Pemerintah perlu bekerja sama dengan penerbit untuk membangun budaya baca yang kuat,&rdquo; imbuhnya.
 
Menanggapi hal tersebut, Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Nurhadi Saputra mengakui perpustakaan di daerah memiliki kendala dalam pengadaan buku.
 
"Terutama daerah yang jauh dari kantor penerbitan, mereka kesulitan untuk bertemu produsen atau dalam hal ini penerbit," ungkapnya.
 
Tak hanya itu, harga buku yang ditawarkan pun tidak sebanding dengan ongkos kirim yang lebih mahal. "Harga ongkos kirim yang lebih mahal ini menjadi kendala," lanjutnya.
 
Padahal, perpustakaan di daerah dituntut untuk memenuhi jumlah koleksi sesuai rasio koleksi dengan jumlah penduduk yakni 1:2.
 
Sementara itu, Plt. Kepala Perpusnas menyampaikan bahwa Perpusnas berkomitmen untuk menyediakan bahan bacaan berkualitas. Perpusnas juga sedang fokus dalam penciptaan 10.000 ruang baca di desa-desa yang masing-masing akan mendapatkan 1.000 judul buku.
 
&ldquo;Perpustakaan bukan hanya tempat menyimpan buku, tetapi juga pusat kegiatan masyarakat. Kami berkomitmen untuk memastikan setiap ruang baca ini memiliki koleksi buku yang bermanfaat dan merata,&rdquo; ujarnya.
 
&nbsp;
 
&nbsp;
 
Reporter: Wara Merdeka
 
Dokumentasi : Ahmad Kemal / Prakas Agrestian

Audiensi Ketua Umum IKAPI Soroti Tantangan Akses Buku Berkualitas

Jakarta,- Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando meminta Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) menguatkan fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia perpustakaan di daerah.
Hal tersebut disampaikan Syarif Bando saat bertemu Ketua Pimpinan Pusat IPI, Syamsul Bahri di Gedung Layanan Perpusnas Medan Merdeka Selatan Jakarta, Jumat (6/1/2022).
&ldquo;Perpustakaan sudah mulai mendapatkan perhatian sehingga sudah mulai terasa tantangannya. Di dalam negeri khususnya, &nbsp;saat ini di tingkat desa banyak yangg ingin membangun perpustakaan dan minta diberi dukungan dan difasilitasi baik dari sisi teknis, regulasi, hingga bantuan fisik seperti buku dan lainnya,&rdquo; ungkapnya.
Akibatnya juga menurut Syarif, jumlah pustakawan semakin hari semakin kurang mengingat jumlah perpustakaan baru yang juga semakin berkembang.
&ldquo;Kita dipaksa untuk meninggalkan perpustakaan pola lama untuk mempercepat jangkauan ke masyarakat di mana perpustakaan menjangkau masyarakat secara digital. Makanya Perpusnas terus berupaya untuk bertransformasi digital, &ldquo; imbuhnya.
Kepala Perpusnas meminta IPI dengan terjun pada peningkatan kualitas SDM di daerah dengan mengadakan berbagai pelatihan di daerah untuk para pengelola perpustakaan, hingga sosialisasi peningkatan indeks literasi masyarakat dan gemar membaca.
Di lain pihak, Syamsul Bahri menjelaskan IPI akan terus mendukung program-program kerja Perpusnas. &ldquo;Kami juga akan terus menyusun program kerja IPI yang bisa bersinergi dengan program-program Perpusnas dalam pengembangan perpustakaan ke depannya sebagai pusat kegiatan untuk kesejahteraan masyarakat,&rdquo; jawabnya.
Syamsul menjelaskan IPI telah menetapkan program kerja prioritas salah satunya peningkatan kompetensi pustakawan karena kompetensi SDM menjadi salah satu komponen yang mendukung pelaksanaan program pengembangan perpustakaan. Syamsul menekankan IPI senantiasa meminta dukungan Perpusnas.
Reporter: Eka Purniawati
Fotografer: Andri Tri Kurnia

Kepala Perpusnas: IPI Lebih Fokus Tingkatkan Kualitas SDM Perpustakaan di Daerah

Medan Merdeka Selatan, Jakarta â€“ Tidak hanya pengetahuan modern yang diajarkan, namun perpustakaan juga harus mengajarkan tentang kearifan lokal. Kedua kemampuan tersebut mampu menciptakan masyarakat yang berpengetahuan, inovatif, dan aktif.
Dalam upaya membangun masa depan yang inklusif di era digital dan guna mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk persaingan global, pendidikan harus dibenahi secara keseluruhan. Hari ini yang terpenting adalah memberikan peluang kepada masyarakat untuk mempelajari yang mereka butuhkan dengan pendekatan yang penuh dengan kepedulian.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Kebijakan dan Advokasi International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA), Stephen Wyber pada kegiatan webinar Urban-20 Side Event dengan tema â€˜Enabling Cities, Caring Citiesâ€™ yang diselenggarakan secara hybrid oleh Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Selasa (30/8/2022).
Lebih lanjut, Stephen juga mengingatkan untuk tidak hanya terpaku kepada pendidikan formal saja, melainkan juga pendidikan harus diperluas hingga ke perpustakaan dan lembaga pembelajaran orang dewasa. Keduanya menjadi infrastruktur yang peduli dengan kesejahteraan dan masa depan masyarakat di setiap kota di dunia. Â 
â€œYang diharapkan dari akhir kegiatan hari ini ialah kita mendapatkan beberapa pesan kunci dan ide bagus tentang bagaimana kita bisa menjalankan peran perpustakaan dan lembaga pembelajaran orang dewasa untuk menjadi bagian kunci dari agenda pemerintahan Republik Indonesia yang berdasar pada perhelatan Presidensi G20,â€ harapnya.
Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, membenarkan bahwa berdasarkan catatan Bappenas dan BPS sebagian besar masyarakat Indonesia terjun sebagai kepala keluarga dengan hanya bermodalkan ijazah pendidikan umum, sehingga mereka perlu dididik melalui pendidikan non formal.
Syarif Bando juga mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk mengubah paradigma perpustakaan di seluruh dunia agar dapat bertransformasi dan hadir di tengah masyarakat. Selain itu, dia berharap perpustakaan tidak lagi menjadi simbolisasi bagi setiap negara.
â€œMisi kita adalah meyakinkan kepada siapa saja bahwa dia bisa berubah dengan satu buku yang relevan dengan pilihan ekonominya. Karena peran untuk menolong masyarakat yang termajinalkan dengan buku-buku ilmu terapan itu sangat penting,â€ jelasnya.
Hadir pada kesempatan yang sama secara daring, Presiden Asosiasi Pendidikan Dasar dan Dewasa Asia Pasifik Selatan (ASPBAE), Nani Zulminarni, menyampaikan bahwa sejatinya terdapat 6 (enam) situasi di mana seseorang dapat tersingkirkan dari proses pendidikan dan pembelajaran sepanjang hayat.
Adapun 6 situasi tersebut terdiri dari gender dan usia, disability dan diffability, status sosial, lokasi, metodologi dan pendekatan, serta topik dan fokus. Keenam situasi ini membuatnya sependapat dengan yang disampaikan oleh Kepala Perpusnas bahwa paradigma perpustakaan harus berubah ke arah untuk lebih mampu menjawab kebutuhan masyarakat.
â€œPustakawan harus bisa mensupport proses belajar melalui buku, cerita, data, informasi yang ada di perpustakaan, juga termasuk hasil-hasil riset menjadi sumber pembelajaran pendidikan bagi masyarakat yang lebih inklusif. Ungkapan â€˜Education is not limited to schoolâ€™ harus dimaknai sebagai proses belajar yang sepanjang hayat,â€ pungkas Nani.
Reporter: Basma Sartika
Fotografer: Ahmad Kemal Nasution

Melalui Pembelajaran Inklusif, Perpustakaan Harus Beri Dampak kepada Masyarakat

Medan Merdeka Selatan, Jakarta-Menumbuhkan pembudayaan kegemaran membaca merupakan bagian dari Undang-Undang Nomor 43 Tentang Perpustakaan. di tengah pusaran globalisasi tantangan membaca semakin terjal. Di era industri 4.0 yang dibarengi wabah Covid-19, adaptasi penggunaan teknologi mau tidak mau mengalami percepatan. Pun, dalam perilaku kegemaran membaca. Sayangnya, penyediaan infrastruktur sebagai syarat aksesibilitas teknologi belum merata sehingga ini masih menjadi kendala.
â€œAkan sulit menyiapkan digitalisasi koleksi jika support akses teknologi belum merata, terutama di daerah 3T. Maraknya, disinformasi juga makin menambah persoalan penumbuhan iklim literasi,â€ ujar anggota Komisi X DPR RI Putra Nababan dalam Webinar Pembudayakan Kegemaran Membaca, Selasa (6/10).
Maka dari itu, Komisi X DPR RI mendukung Perpustakaan Nasional untuk terus merevitalisasi perpustakaan di daerah, terutama daerah 3T dengan penyediaan akses internet dan pembentukan kualitas sumber daya pengelola perpustakaan yang unggul. Putra menyarankan agar Perpusnas melakukan kolaborasi dengan kementerian/lembaga terkait untuk memudahkan aksesibilitas pengetahuan masyarakat.
Harus diakui tingkat literasi Indonesia berada dalam kondisi yang belum ideal. Artinya ada tanggung jawab moral bahwa gerakan kegemaran membaca harus lebih bersemangat. Sebagian besar masyarakat yang rendah untuk mau membaca, apalagi budaya untuk meriset sesuatu. Akibatnya, banyak yang terpapar hoaks dengan mudah.
â€œBudaya cek dan ricek perlu didorong. Mulailah dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Ketika menerima informasi dari grup wassap, misalnya, jangan buru-buru untuk melakukan share,â€ tambah Putra.
Di satu sisi, para pustakawan juga dituntut harus cakap teknologi dan literasi. Mampu mengemas ulang pengetahuan agar lebih informatif, meluaskan manfaat dari layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial. Buatlah konten digital yang menarik generasi milenial.
â€œGenerasi muda adalah generasi yang adaptif dengan perubahan, apalagi di masa pandemi saat ini. Mereka lebih mudah mencerna apa yang dilihat dari media sosial. Beragam tutorial cepat diserap mereka. Ini penting dipahami bagi pustakawan,â€ ujarnya.
Setelah vaksin Covid-19 ditemukan, Putra meyakini pola mencari informasi tidak lagi sama. Akan ada gaya baru dalam mencari informasi ataupun pengetahuan. Cara yang lebih inspiratif. Dan pustakawan harus siap dengan kondisi tersebut.
Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta Wahyu Haryadi mengatakan di DKI Jakarta saat ini upaya meningkatkan budaya baca dan literasi juga tengah dilakukan sebagai bagian dari perwujudan Jakarta Smart City.Â Smart City membutuhkan dukungan kolaborasi pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan smart people.
â€œKolaborasi peningkatan kegemaran membaca menjadi kegiatan strategis yang harus dilaksanakan,â€ jelas Wahyu.
Wahyu menyebutkan bentuk kolaborasi yang dilakukan, yakni melakukan survei kegemaran membaca lewat #BacaJakarta, serta berbagai workshop yang dilakukan di perpustakaan.
Pada kesempatan yang sama, Duta Buku Provinsi DKI Jakarta Satria Bahar menambahkan membaca buku menjadi penawar akan banyaknya informasi hoaks yang dapatkan dengan mudah di era teknologi ini. 
â€œMembaca buku selain merupakan bentuk dari sadar literasi juga dapat membantu membentuk dan menggambarkan siapa diri kita untuk lebih bijak menggunakan sosial media,â€ tutup Satria.
Â 
Reportase: Eka Purniawati, Hartoyo Darmawan, Rizky A Gumilar
Fotografer : Rd Radityo

Berita

-

Pencarian

Berita Lainnya

Kinerja Perpusnas Tahun 2025 Harus Meningkat dan Terukur

Optimalkan Perpustakaan Untuk Aktivitas Pendidikan

Audiensi Ketua Umum IKAPI Soroti Tantangan Akses Buku Berkualitas

Kepala Perpusnas: IPI Lebih Fokus Tingkatkan Kualitas SDM Perpustakaan di Daerah

Melalui Pembelajaran Inklusif, Perpustakaan Harus Beri Dampak kepada Masyarakat

Webinar Pembudayaan Kegemaran Membaca : Pustakawan Harus Cakap Teknologi dan Literasi