Naskah Sunda Kuno, Jejak Sejarah yang Dilestarikan Perpusnas

Naskah Sunda Kuno, Jejak Sejarah yang Dilestarikan Perpusnas

Naskah Sunda Kuno, Jejak Sejarah yang Dilestarikan Perpusnas

Medan Merdeka Selatan, Jakarta – Naskah Sunda kuno menjadi salah satu wujud komitmen Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) dalam pelestarian warisan budaya Nusantara. Hingga kini, jumlah naskah Sunda Kuno ada sekitar seratus. 63 Naskah tersimpan di Perpusnas, sementara 27 naskah di  Kabuyutan Ciburuy. Dan sisanya tersebar di museum dan Perpustakaan di Eropa.

Demikian disampaikan oleh Ketua Kelompok Kerja Pengelolaan Naskah Nusantara Aditia Gunawan dalam audiensi bersama Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga Kementerian Kebudayaan RI Ismunandar di Ruang Rapat Kepala Perpusnas, Selasa (7/1/2025).

Pertemuan ini membahas langkah strategis dalam pelestarian, digitalisasi, dan aksesibilitas manuskrip Nusantara.

“Perpusnas telah menginisiasi berbagai program sejak 2019 untuk memperkuat pengelolaan manuskrip, dengan target signifikan pada 2025,” terang Aditia. 

Namun, ia mengakui tantangan masih ada, terutama dalam melengkapi penelitian terhadap naskah-naskah tersebut yang tengah dijalankan bersama Peneliti Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Ilham Nurwansah, Ahli Naskah Sunda Kuno Rahmat Sopian, Ilmi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Jawa Barat Retno Raswaty.

Lebih lanjut, Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas Mariana Ginting menyambut baik kolaborasi lintas sektor dalam upaya pelestarian. 

“Kami siap bekerja sama memastikan manuskrip Nusantara tetap terjaga keberlanjutannya dan dapat dimanfaatkan generasi mendatang, baik dalam bentuk fisik maupun digital melalui platform seperti iPusnas,” ujarnya.

Dengan langkah konkret seperti preservasi, digitalisasi, dan kolaborasi lintas sektor, Mariana berharap upaya pelestarian manuskrip semakin berdampak luas. “Tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga global,” ungkapnya. 

Ismunandar pun menekankan pentingnya sinergi antara lembaga pemerintah untuk memperkuat pengelolaan manuskrip Nusantara. 

"Manuskrip adalah cerminan sejarah dan jati diri bangsa yang harus kita jaga dengan baik, termasuk dengan memanfaatkan teknologi digital," pungkasnya. 

Audiensi ini turut dihadiri Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara (Kapusjasintara) Suharyanto, Kepala Biro Hukum, Organisasi, Kerja Sama, dan Humas (HOKH) Sri Marganingsih, dan Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Pusat Preservasi Made Ayu Wirayati.

 

Reporter: Alditta Khoirun Nisa

Dokumentasi: Aditya Irfan