Kepala Perpusnas: Literasi Merupakan Program Bersama dan Harus Dikerjakan Bersama

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Pasar Minggu, Jakarta Selatan - Literasi merupakan pekerjaan besar yang menjadi hajat bersama sepanjang hayat. Oleh karena itu, literasi perlu menjadi program bersama yang dikerjakan secara kolektif.

 

“Menjadikan literasi sebagai gerakan bersama ini tidak mudah. Diperlukan peta jalan literasi baru yang dikerjakan bersama,” ujar Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), Aminudin Aziz, saat menjadi narasumber dalam acara Sarasehan Literasi Budaya yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa di Gedung Filantropi Dompet Dhuafa, Jl. Warung Jati Barat No.14, Jati Padang, Ps. Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (25/2/2025).

 

Salah satu program yang digagas Perpusnas sejak tahun 2024 adalah menciptakan ruang baca melalui penyediaan 1.000 bahan bacaan berkualitas di 10.000 lokus untuk perpustakaan desa dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses literasi dan menghadirkan perpustakaan di tengah masyarakat.

 

Aminudin menjelaskan bahwa dalam menggerakan program tersebut, Perpusnas telah bersinergi dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa) melalui Surat Edaran (SE) Bersama. SE tersebut mengatur pengalokasian dana pendapatan dan belanja desa untuk mengoperasionalkan taman bacaan masyarakat desa, perpustakaan desa, atau nama lain yang serupa. 

 

“Selain itu, kami juga berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) untuk  menggerakan peran mahasiswa melalui program KKN Tematik Literasi,” imbuhnya.

 

Pada kesempatan ini, Aminudin mengapresiasi langkah Sekolah Literasi Indonesia (SLI) yang telah berkontribusi dalam membangun dan meningkatkan kualitas manusia melalui literasi. “Program ini sejalan dengan inisiatif yang akan kami usung, yaitu Relawan Literasi Masyarakat (Rel Lima). Semoga dapat menggugah siapapun yang peduli pada gerakan literasi guna meningkatkan martabat bangsa,” tuturnya.

 

Senada, Ketua Umum Gerakan Pembudayaan Minat Baca (GPMB), Herlina Mustikasari, menegaskan bahwa keterlibatan pemangku kepentingan menjadi kunci utama pengembangan dan kemajuan perpustakaan desa dan TBM. Ia menekankan pentingnya kolaborasi dengan Pentahelix Stakeholder, yaitu akademisi (academic), dunia usaha/industri (business), komunitas/masyarakat (community), pemerintah (government), dan media. 

 

Herlina juga mengajak pengurus perpustakaan desa dan TBM untuk menjalin kemitraan yang solid dalam menjaga dan mengembangkan perpustakaan desa dan TBM. “Jangan lupa bergandengan tangan, karena berjalan sendirian itu mungkin lebih cepat tapi tidak lebih jauh kalau kita berjalan bersama-sama,” tukasnya.

 

Dewan Pembina Dompet Dhuafa, Yudi Latief, turut menyampaikan bahwa sebelum menggerakkan literasi terapan, penting untuk memperkuat literasi dasar terlebih dahulu. Ia menekankan pentingnya memahami dan menggunakan informasi secara efektif. “Mengembangkan literasi merupakan tugas primer pendidikan dan menjadi jantung kebudayaan. Gerakan literasi bisa diperkuat dengan berbagai macam kegiatan atau keterampilan, namun sebaiknya tetap berbasis baca, tulis, dan numerasi,” ungkapnya.

 

Kegiatan ini dihadiri oleh 18 orang Penggiat Literasi Indonesia (PELITA SLI) Angkatan 5 dari TBM/perpustakaan desa Mitra SLI yang berasal dari Kota Bandung, Kab. Sleman, Kab. Brebes, Kab. Demak, Kab. pasuruan, dan Kab. Lombok Utara, serta 32 orang dari penggerak TBM di Jakarta Selatan.

 

Sekolah Literasi Indonesia (SLI) adalah program dari GREAT EDUNESIA Dompet Dhuafa yang berfokus pada pengembangan budaya literasi di seluruh ekosistem pendidikan yang meliputi pendidikan formal (sekolah), informal (keluarga), dan nonformal (masyarakat). 

 

Reporter: Gilang Arwin Saputri

Dokumentasi: Prakas Agrestian

 

 

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Copyright 2022 © National Library Of Indonesia

Jumlah pengunjung