Rapat Perdana IKON 2025: Jalan Naskah Kuno Nusantara Menuju Panggung Dunia

Rapat Perdana IKON 2025: Jalan Naskah Kuno Nusantara Menuju Panggung Dunia

Rapat Perdana IKON 2025: Jalan Naskah Kuno Nusantara Menuju Panggung Dunia

Medan Merdeka Selatan, Jakarta – Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) membuka lembaran baru di tahun 2025 dengan menggelar rapat perdana Dewan Pakar Ingatan Kolektif Nasional (IKON).

Rapat ini menandai dimulainya rangkaian program strategis untuk pengarusutamaan naskah kuno Nusantara sebagai warisan budaya bangsa dan membawa karya-karya tersebut ke panggung internasional melalui program Memory of the World (MoW) UNESCO.

Deputi Bidang Pengembangan Bahan Perpustakaan dan Jasa Informasi Mariana Ginting menyampaikan program IKON ini bukan sekadar upaya melestarikan naskah kuno, tetapi juga membangun kesadaran bersama tentang nilai-nilai penting yang terkandung dalam warisan budaya.

“Tahun ini adalah peluit panjang dimulainya langkah besar untuk menjadikan naskah kuno Nusantara sebagai bagian dari identitas nasional dan kebanggaan internasional,” ungkapnya, Kamis (16/1/2024).

Deputi Mariana menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mewujudkan tujuan besar program ini. “Kami mengharapkan masukan dan kontribusi dari semua pihak, baik pemerintah daerah, akademisi, komunitas naskah, hingga filantropi, agar program ini dapat berjalan dengan optimal,” tambahnya.

Rapat ini membahas empat agenda utama, yaitu pemaparan pelaksanaan program IKON tahun 2025, penyusunan petunjuk teknis (juknis) pengusulan naskah kuno sebagai IKON, penentuan usulan naskah kuno untuk Memory of the World (MoW) UNESCO, serta Strategi pengarusutamaan naskah kuno Nusantara melalui seminar, pendaftaran, dan revitalisasi.

Tahun ini, jumlah lokus yang difasilitasi oleh Perpusnas meningkat dari 7 menjadi 11 lokus, mencakup daerah seperti Aceh, Riau, NTB, dan Kalimantan Selatan. Selain itu, program ini akan melibatkan diskusi kelompok terpumpun, seminar nasional, dan sosialisasi untuk memperkuat pemahaman masyarakat tentang pentingnya naskah kuno.

Menuju Pengakuan Internasional: MoW dan MoWCAP

Salah satu fokus utama IKON 2025 adalah pengajuan naskah kuno ke Memory of the World (MoW) UNESCO dan Memory of the World for Asia-Pacific (MoWCAP). Dua naskah unggulan yang akan diajukan ke MoW tahun ini adalah Bo’ Sangaji Kai dari Kesultanan Bima dan Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular. Sementara itu, naskah seperti Kidung Bwanā Winaṣā dan Lontar Sri Tanjung direncanakan untuk diajukan ke MoWCAP pada 2027, yang akan digelar di Bali.

Ketua Dewan Pakar IKON Mukhlis Paeni menekankan langkah ini sangat penting tidak hanya untuk melestarikan naskah kuno, tetapi juga untuk menegaskan bahwa Indonesia memiliki kontribusi besar dalam sejarah peradaban dunia.

“Kita harus memastikan bahwa generasi muda memahami dan mencintai warisan ini. Kalau bukan kita yang melakukannya, siapa lagi?”

Dr. Mukhlis juga menyoroti perlunya pendidikan berbasis aksara lokal untuk mempersiapkan generasi baru yang dapat membaca dan memahami naskah kuno. “Di Wajo, Sulawesi Selatan, ada sekolah yang mengajarkan masyarakat membaca aksara Bugis. Contoh ini bisa diadaptasi untuk daerah lain,” jelasnya.

Selain pengajuan ke MoW dan MoWCAP, Kepala Pusat Jasa Informasi dan Pengelolaan Naskah Nusantara Suhariyanto memaparkan rencana pembukaan kelas aksara di Perpusnas mulai bulan Februari mendatang. Kelas ini akan mengajarkan aksara Jawa, Jawi, Batak, Bali, dan Bugis, dengan harapan dapat memperkuat literasi budaya masyarakat.

Program ini juga didukung oleh inovasi digital, seperti platform iPusnas, yang telah menyediakan lebih dari 5.000 hasil kajian naskah kuno untuk diakses secara daring. “Hasil kajian naskah harus lebih dikenal publik, tidak hanya untuk akademisi tetapi juga untuk masyarakat luas. Dengan begitu, naskah kuno bisa menjadi sumber inspirasi bagi industri kreatif dan UMKM,” tambah Aditia Gunawan, Ketua Kelompok Kerja Pengelolaan Naskah Nusantara.

Pentingnya Dukungan Regulasi dan Kesadaran Masyarakat

Dewan Pakar IKON juga menyoroti pentingnya dukungan regulasi untuk memastikan kelestarian dan aksesibilitas naskah kuno. Program ini tidak hanya bertujuan melestarikan naskah sebagai warisan budaya, tetapi juga memanfaatkan kandungan naskah untuk memperkaya literasi dan identitas bangsa.

Dengan semangat kolaborasi dan berbagai langkah strategis yang telah dirancang, program IKON 2025 diharapkan dapat memperkuat posisi naskah kuno Nusantara sebagai bagian dari Ingatan Kolektif Nasional, sekaligus membawa karya-karya ini ke panggung internasional melalui MoW dan MoWCAP UNESCO. “Naskah kuno adalah jembatan kita ke masa lalu dan bekal kita untuk masa depan. Mari kita bekerja sama untuk menjadikan warisan ini sebagai kebanggaan bersama,” tutup Deputi Mariana Ginting.

 

Reporter: -P. Sumardika-

Editor: Wara Merdeka