Perpusnas Dorong Kolaborasi dengan Pemerintah Daerah
Jakarta, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) mendorong perpustakaan daerah baik di tingkat provinsi dan kabupaten/kota untuk mengadaptasi berbagai program dari tiga prioritas program Perpusnas.
Dalam sesi kebijakan Rapat Koordinasi Nasional bidang Perpustakaan Tahun 2025, Kepala Perpusnas E. Aminudin Aziz menyampaikan saat ini Perpusnas telah melakukan analisis berbasis tulang ikan atau fish bone.
Analisis tersebut didasarkan pada tiga program prioritas Perpusnas tahun ini. Diantaranya peningkatan budaya baca dan kecakapan literasi, pengarusutamaan naskah Nusantara dan standardisasi dan pembinaan perpustakaan.
"Silakan ditelaah, kami berharap perpustakaan di daerah dapat mengadaptasi atau mengadaptasi program ini, sehingga dapat berkolaborasi antara Perpusnas dengan pemerintah provinsi, kabupaten maupun kota," ungkapnya, Selasa (4/2/2024).
Kepala Perpusnas memaparkan pada program prioritas peningkatan budaya baca dan kecakapan literasi dapat diturunkan menjadi beberapa program. Diantaranya, perpustakaan sebagai ruang kreatif. Misalnya, unit Pusat Jasa Informasi dan Pengelolaan Naskah Nusantara (Pujasintara) yang akan menjadi penanggungjawab utama kegiatan kelas menulis dengan memanfaatkan koleksi Perpusnas.
"Ini ruang kreatif yang dapat kita manfaatkan. Jadi perpustakaan sebagai wahana untuk mengembangkan kreativitas itu terwadahi jadi nyambung logikanya. Ketika menyusun program ada logika berpikir," paparnya.
Selanjutnya, program penyusunan dan penyediaan bahan pengayaan literasi berbasis karya sastra seperti novel. Misalnya ada karya Abdul Muis, Salah Asuhan dapat dibaca oleh anak-anak, maka karya tersebut harus dikemas dengan menarik.
"Kami gagas menuliskan kembali karya-karya sastra klasik dalam bentuk yang aksesibel kepada anak-anak, sehingga anak-anak juga dapat mengetahui isi cerita itu," lanjutnya.
Mengenai program prioritas pengarusutamaan naskah Nusantara, Kepala Perpusnas menyebut menjadi tanggung jawab bersama untuk melestarikan dan memanfaatkan naskah Nusantara. Menurutnya, pelestarian naskah nusantara tidak hanya pada digitalisasi dan konversi saja, tetapi memanfaatkannya sehingga naskah ini akan tetap hidup dalam ingatan masyarakat.
"Saya mungkin salah karena saya bukan pustakawan, saya bukan ahli preservasi saya bukan ahli pelestarian naskah, tapi dalam perspektif saya adalah ketika naskah telah digitalisasi, maka yang benar adalah ketika mau dilestarikan, juga dapat dimanfaatkan dengan cara diturunkan menjadi bacaan-bacaan yang berguna sehingga kehidupan dari naskah itu akan tetap ada di dalam ingatan manusia," jelasnya.
"Bapak/ibu silakan jika ada program yang dapat dikolaborasikan. Kami tidak bisa melaksanakan semuanya, oleh karena itu mari kita kerjakan bersama-sama," lanjutnya.
Sementara itu, program prioritas standardisasi dan pembinaan perpustakaan, Kepala Perpusnas meminta sekiranya ada program yang akan diluncurkan ke daerah, seperti peluncuran buku dan penyaluran DAK, wajib bagi perpustakaan daerah untuk mengisi data yang dibutuhkan.
"Jadi nanti akan tersambung dengan urusan standardisasi dan pembinaan perpustakaan, karena kami menginginkan pembinaan yang tepat untuk masing-masing jenis perpustakaan," pungkasnya.
Reporter: Wara Merdeka